PEMILIHAN Presiden atau Pilpres baru akan dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009 mendatang. Tapi hasil Pilpres 2009 sudah dapat dibayangkan. Setidaknya inilah yang dirasakan oleh partai-partai yang berkoalisi dengan Partai Demokrat.Popularitas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), membuat keyakinan mereka bahwa SBY akan kembali terpilih sebagai Presiden RI kedua kalinya seolah sudah nyata. Pilpres yang akan berlangsung pada tanggal 8 Juli mendatang dianggap hanya sebagai formalitas yang harus dilalui. Menantang SBY di ajang pemilihan presiden menurut mereka adalah konyol dan buang-buang energi. Dalam konteks inilah, mereka sama sekali tak menganggap ’seksi’ kehadiran Jusuf Kalla – Wiranto (calon presiden dan wakil presiden dari Partai Golkar dan Hanura) sebagai salah satu kutub koalisi yang lain.
Apa yang mereka pikirkan dapat dimaklumi mengingat koalisi partai di Indonesia memang selalu dibangun berdasarkan prinsip pragmatisme. Partai politik yang calon presidennya dianggap paling berpeluang memenangkan pilpres, akan didekati lantaran harumnya aroma kue kekuasaan. Sebaliknya, yang peluangnya relatif kecil akan ditinggalkan.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya kalau hari ini kita menyimpulkan bahwa SBY akan memenangkan Pilpres 2009. Secara matematis, dukungan terhadap SBY sudah mencapai jumlah yang fantastis, yaitu 56,07 persen dengan perincian Partai Demokrat 26,43 persen PKS (10,54 persen), PAN (7,50 persen), PPP (6,96 persen), dan PKB (4,64 persen). Kalau PDI Perjuangan akhirnya ‘menjual’ suaranya ke Partai Demokrat dengan ikut mendukung SBY, maka dukungan terhadap SBY mencapai 72,68 persen karena PDIP menyumbang 16,61 persen.
Dan kalau saja pemilihan presiden menggunakan sistem lama, yaitu dipilih oleh anggota parlemen, maka SBY sudah dapat dipastikan menang mutlak dengan 72,68 persen atau mendapatkan suara 407 anggota DPR dari total 650 anggota DPR. Sementara pasangan Jusuf Kalla – Wiranto yang kemungkinan menjadi pesaing tunggal SBY hanya akan mendapatkan 123 suara anggota DPR atau 21,88 persen. Kalau pun Partai Gerindra pada akhirnya mendukung Jusuf Kalla – Wiranto, maka pasangan ini hanya akan mendapat 153 suara anggota DPR atau 27,24 persen.
Tulisan ini mungkin terlalu dini. Tapi saya membuat tulisan ini merespon perubahan sikap PDI Perjuangan, yang merubah arah koalisinya. Setelah beberapa waktu lalu menggagas Koalisi Besar bersama Partai Golkar, Gerindra, Hanura dan beberapa partai kecil lainnya, PDI Perjuangan secara mengejutkan ingin merapat ke Koalisi Cikeas.
Perubahan sikap PDI Perjuangan ini terjadi setelah tidak adanya kesepakatan dengan Gerindra dalam hal penentuan calon presiden. Baik PDI Perjuangan maupun Gerindra ngotot untuk mengambil posisi calon presiden, tak ada yang mau mengalah.
Dalam keputus-asaannya, PDI Perjuangan akhirnya menimbang untuk bergabung dengan Koalisi Cikeas untuk mengusung capres SBY. Sangat disayangkan, karena PDI Perjuangan selama lima tahun terakhir berada pada posisi yang berseberangan dengan Demokrat.
Tak ada musuh abadi, tak ada kawan sejati. Mungkin inilah yang terjadi. Partai Golkar yang lima tahun terakhir ‘mesra’ dengan Demokrat harus berpisah. Sebaliknya PDI Perjuangan yang lima tahun terakhir ‘bermusuhan’ dengan Demokrat, kini memulai proses ‘pacaran’.
Kalau pada akhirnya PDI Perjuangan bergabug dengan Koalisi Cikeas dan mendukung SBY, lalu apa lagi yang bisa menghalangi SBY untuk kembali bertahta sebagai Presiden RI selama lima tahun ke depan? Saya yakin semua pengamat politik pasti menyimpulkan demikian!
Meski demikian, pasangan Jusuf Kalla – Wiranto, tak perlu berkecil hati. Walau kecil, tapi peluang untuk memenangkan pilpres tetap ada. Sebab hasil pemilu legislatif tidak identik sepenuhnya dengan hasil Pilpres. Pemilihan Presiden saat ini dilakukan secara langsung. Saya, misalnya, pada waktu pemilu legislatif memilih caleg partai X karena pertimbangan dia teman saya (ada juga yang dengan pertimbangan keluarga, atau karena diberi duit dan lain-lain). Dalam pemilihan presiden, belum tentu saya memilih calon presiden yang diajukan oleh partai X.
Kuncinya ada di PDI Perjuangan dan Gerindra. Kalau saja dua partai ini bisa bersepakat dalam waktu dekat, maka Koalisi Besar akan tetap solid dan berjalan sesuai rencana. Kalau ini terjadi, maka endingnya bisa saja berubah!
No comments:
Post a Comment