Pages

May 1, 2009

VoIP Merdeka ala Onno Purbo Komunikasi Alternatif Rendah Biaya

Kenaikan tarif telepon yang diumumkan pemerintah sebagai ”hadiah” tahun baru benar-benar menjadi beban bagi mayoritas masyarakat. Bayangkan, sekali menelepon di warung telekomunikasi (wartel), minimal sekarang harus merogoh kocek Rp 400. Tidak peduli apakah nomor yang kita tuju benar atau salah, juga tidak peduli orang yang kita cari ada atau tidak. Tagihan telepon akhir bulan nanti juga akan menjadi kabar buruk dengan melangitnya angka rupiah yang harus dibayar.


Di tengah keresahan ini, tiba-tiba saja Onno W. Purbo, seorang praktisi teknologi komunikasi (TI) mempromosikan apa yang disebutnya sebagai Voice over Internet Protocol (VoIP) Merdeka, setelah berganti dari nama semula: VoIP Perjuangan. Teknologi yang berbasis net meeting ini ditawarkan mantan dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) itu sebagai alternatif berkomunikasi demi menghindar dari tagihan telepon yang melonjak.
”Sebenarnya teknologi ini bukan sesuatu yang baru. Orang sudah sejak lama menggunakan net meeting sebagai alat komunikasi berkelompok. Bedanya, Onno mengaturnya dengan memberi nomor-nomor tertentu untuk mengaksesnya, jadi lebih teratur,” jelas Heru Nugroho, direktur eksekutif Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di Jakarta, Selasa (14/1).
Menurut Heru, jika dilihat dari sisi ekonomis, VoIP Merdeka ini lebih murah dibanding dengan VoIP biasa yang ditawarkan oleh industri telekomunikasi. VoIP biasa masih dikenakan tarif berlangganan di luar biaya Internet. Tapi dengan VoIP ala Onno ini maka pengguna cukup membayar tarif Internet saja, bebas biaya langganan.
Yang lebih meringankan, user dibebaskan dari keharusan membeli piranti lunak tertentu sebab VoIP satu ini berbasis Linux, pengembang software yang bersifat open source alias bebas dikembangkan siapa saja tanpa mempermasalahkan lisensi. Jadi di sini user bebas menggunakan gatekeeper Linux tanpa pusing membayar lisensi atas hak ciptanya. ”Memang Linux sejak dulu membebaskan user mengembangkan aplikasinya tanpa mempedulikan hak cipta,” komentar Heru.

Kualitas Suara
Ikhwal kualitas suara, Onno mengklaim pada aplikasi pendukung NetMeeting berkompresi G.723.1 bisa menghasilkan kecepatan suara sebesar 5.4Kbps. Ini berarti tetap bisa dipakai dari warung Internet (warnet) dial up, sekalipun kecepatannya cuma 14.4Kbps.
Karena pada VoIP Merdeka ini tidak ada pemisahan antara sinyal data dan sinyal VoIP maka kualitas suaranya agak terganggu. Heru sendiri yang sudah menikmati fasilitas ini berkomentar bahwa pada siang hari yakni di mana traffic Internet cukup sibuk, delay suara cukup terasakan. Namun pada malam hari di saat traffic sepi, maka kualitasnya tidak kalah dengan VoIP langganan biasa.
Tapi Onno berkilah, bahwa kualitas suara VoIP versinya tidak kalah dengan VoIP yang banyak dipakai di luar. ”Kalau dibandingkan dengan VoIP di Amerika Serikat waktu saya jalan-jalan ke sana bersama istri tahun lalu, maka VoIP kita ini menghasilkan suara yang sama dengan calling card VoIP yang kita beli di sana untuk call ke Indonesia,” paparnya dalam kesempatan terpisah.
Sayangnya VoIP ala Onno ini hanya mampu menjangkau user yang juga memiliki aplikasi VoIP serupa. Jadi pemilik aplikasi VoIP biasa yang melalui sambungan public switched telephone network (PSTN) tidak bisa berkomunikasi dengan VoIP Merdeka, pun demikian sebaliknya. Kesimpulannya, VoIP Merdeka ini baru bisa dikatakan sebagai alternatif berkomunikasi apabila penggunanya cukup banyak, sehingga bisa menjangkau area yang lebih luas dan tidak mengenal batas. Untuk itu aplikasi ini perlu sosialisasi besar-besaran.
Di kalangan pengguna Internet sendiri VoIP ala Onno cukup mendapat sambutan luar biasa. Ditambah lagi, lelaki berkacamata ini dengan sukarela mempublikasikan rancangan aplikasinya.
Aplikasi VoIP ala Onno ini bisa disambungkan dengan end user dengan personal computer (PC) terkoneksi ke Internet tanpa proxy server maupun yang dengan proxy server. Selain itu berlaku pula bagi end user yang menggunakan peralatan gateway VoIP, serta para operator proxy server, seperti warnet, kantor dan sebagainya.
Seperti kata Heru, pada dasarnya aplikasi komunikasi ini sama persis dengan NetMeeting, bedanya Onno memberi semacam format penomoran demi kelancaran operasi. Ia menetapkan alokasi nomor telepon sesuai dengan area, yakni format
0111 aaa ttttt xx.. Misalnya 0111 21 12345 xx di mana 0111 mewakili call area untuk VoIP Merdeka, 21 dipakai kalau user berada di Jakarta, sedangkan 12345 adalah 5 lima digit pertama dari nomor telkom di daerah user. Bagian xx bisa dibuat sendiri.
”Penomoran ini dalam jaringan VoIP Merdeka dikenal menggunakan format E.164.,” demikian papar Onno dalam sebuah portal khusus Linu. Sebetulnya kurang tepat untuk menggunakan hanya call area 0111, secara internasional harusnya menggunakan 62 111 bukan 0 111. Jika nanti dibutuhkan untuk interkoneksi secara nasional atau internasional bisa dilakukan proses rewrite nomor E.164 di gatekeeper.
Untuk bisa memasang aplikasi ini, tidak memerlukan piranti aneh-aneh yang sulit didapat. Cukup dengan menyediakan PC yang ada sambungan langsung ke Internet ditambah dengan sound card, mikrophone, serta headphone agar tidak terjadi feedback ke mikrophone. Piranti lunak yang diperlukan adalah software NetMeeting 3.01, yang sudah tersedia di Windows 98 ke atas. Kalau pun belum ada, user bisa melakukan download secara gratis dari www.microsoft.com/netmeeting/. Bagi yang menggunakan Linux, dapat menggunakan GnomeMeeting.
Yang perlu dilakukan adalah set sebagai berikut, dari Tools klik Options lalu General, klik lagi Advanced Calling yang akan menampilkan Use a gatekeeper to place a calls . Di sini user harus mengetik nomor Internet Protocol (IP) gatekeeper, kemudian mengisi nomor telepon sesuai format.

Banyak Peminat
Pada saat user melakukan dial ke Internet, secara otomatis NetMeeting akan mencari gatekeeper untuk meregistrasikan PC. Jika NetMeeting berhasil teregistrasi pada pojok kanan bawah console NetMeeting akan ada gambar dua buah komputer yang saling tersambung dengan warna yang jelas, sebelumnya warnanya tidak jelas. Setelah NetMeeting teregistrasi ke gatekeeper, user bisa menelepon ke rekan lain yang menggunakan jaringan VoIP Merdeka dan menggunakan nomor 0111 xx xxxxxxxxx.
Itu tadi merupakan langkah yang harus dilakukan end user dengan PC yang terkoneksi ke Internet tanpa proxy server. Sedangkan yang memakai proxy server, yakni pemilik IP berawalan nomor 192.168.x.x atau 10.x.x.x maka harus melalui langkah sedikit berbeda. Pengguna dengan proxy server harus melakukan registrasi ke gatekeeper yang berada di mesin proxy atau wingate atau winroute. Menurut Onno, tanpa registrasi tidak mungkin dilakukan karena port VoIP tidak bisa menembusnya.
Sementara bagi operator proxy server, seperti warnet, kantor dan sebagainya maka bisa menggunakan software bebas alias open source. Dengan demikian tidak akan ada tuntutan pelanggaran hak cipta dan tuduhan pembajakan. Di sini Onno mengambil Linux sebagai aplikasi pengembang software yang memang membebaskan user untuk mengembangkan aplikasi tanpa adanya lisensi. Piranti lunak yang dipakai adalah Open H.323 gatekeeper yang dapat di ambil di www.sourceforge.net meng-gunakan keyword openh323 gatekeeper. Bisa juga diambil langsung dari situs Linux, www.gnugk.org. Segala hal yang berkaitan dengan VoIP Merdeka ini dengan mudah bisa dicari di dunia maya dengan menggunakan search engine.
Kendati menawarkan alternatif berkomunikasi lewat VoIP yang serupa dengan VoIP berlangganan, aplikasi VoIP ala Onno ini sama sekali tidak dipandang sebagai pesaing di kalangan industri. Bahkan APJII mengadalkan workshop untuk umum selama lima kali mengenai VoIP Merdeka ini di kantornya. Workshop tersebut meliputi Set Client (Net Meeting), instalasi Linux untuk VoIP, instalasi gatekeeper di atas Linux, instalasi gatekeeper di atas Windows, uji coba jaringan gatekeeper, pengoperasian multiconferrence unit (MCU), serta set Internet teleponi gateway.
”Saya yakin peminat VoIP ala Onno ini akan cukup banyak, terutama di kalangan kelompok tertentu yang banyak menghabiskan waktu dengan Internet. Daripada menghabiskan waktu di depan dunia maya untuk hal yang tidak-tidak, kan lebih baik dipakai untuk berkomunikasi,” komentar Heru. (mer)

No comments:

Post a Comment